"Ada yang bisa menyayangimu sebesar aku? Ada yang bisa mencintaimu
sedalam aku? Kalau kamu mikir yang lebih cakep dari aku, ya pasti
banyak. Tapi kalo yang lebih tulus sayang kamu... kayaknya enggak"
Aku
kembali melakukan rutinitas biasa, kehidupanku sebagai mahasiswa. Yah
kehidupan baru yang aku jajaki dalam pengalaman belajarku, pengalaman
hidupku tentang bagaimana indahnya masa remaja saat pubertas yang
dilalui bersama teman-teman gila. Dan, disini tentunya bersama orang
yang masih aku cintai dengan tulus, pacarku.
Semua sudah
kembali normal dan biasa. Aku dan pacarku tetap pada hubungan kami
sebagai seorang pacar, jalan bareng, keluar bareng. Layaknya orang
berpacaran. Aku bahagia saat bersamanya. Ntah kenapa, meskipun aku telah
disakitinya dengan hal yang bagi sebagian orang tidak bisa termaafkan
aku masih tetap malaikat kecilnya yang dari dulu masih menyayanginya,
menunggunya untuk bisa benar-benar memberikan hatinya kepadaku.
Terkadang, aku miris dengan keadaanku. Aku merasa bodoh untuk menjalani
ini, menjalani cinta yang terbagi. Aku menyayangi orang yang hatinya
tidak hanya menyayangiku saja, aku mengasihi orang yang masih memberikan
perhatiannya pada orang lain. Tapi aku melihat dari sisi lain, dia
bersamaku saat ini, dia menggenggam tanganku saat ini dan dia aku peluk
dalam balutan kasihku. Tidak kah itu perlahan yang akan bisa membuatnya
sadar akan keberadaanku dan sayang yang aku punya? Tidak kah itu yang
akan perlahan membuat mata hatinya benar-benar hanya jatuh cinta
kepadaku? Setidaknya, harapan itu lah yang membuat aku tetap bertahan
dalam kisah ini, harapan itu lah yang semakin membuat sayangku ke dai
bertambah, rasa sayang itu lah yang membuat semakin tegar dalam
mencintainya. Yah, semua itu berkesinambungan. Perasaan, kenyataan,
harapan.
Sampai suatu hari, masalah yang lagi-lagi sama muncul
lagi. Yah, masa lalu. Kenyataan terpahit ini terungkit lagi di bulan
yang sebagian orang menganggapnya bulan kasih sayang. Aku menerima
kenyataan lagi bahwa pacarku masih menyayangi mantannya hingga saat itu.
Dan semakin menyayat hati karena mereka berhubungan sudah sangat
intens. Media apapun sudah mereka lakukan untuk komunikasi. Mereka juga
sudah telfon-telfon an dengan kapasitas waktu yang tidak layak. Pacarku
akhirnya membeberkan semua kejahatan yang telah ia lakukan terhadap
hatiku. Perlahan, ia menceritakan hal-hal yang selama ini tidak aku
ketahui. Itu, cukup membuat aku hancur untuk yang kesekian kalinya. Ntah
apa yang dirasakan hatiku, aku sendiri tak tahu.
Feelingku
berkata itu masih kurang, ntah setan apa yang memasuki ku di malam sabtu
itu. Aku meng-share dengan frontal apa yang aku rasakan, aku menyindir
dengan keras tentang apa yang aku alami, aku sengaja agar cewek si
mantan itu mengerti apa yang sudah ia perbuat padaku dengan tingkahnya!!
Aku keras, aku frontal, aku ngga punya aturan. Iya, aku memang saat itu
menjadi seperti itu karena aku benar-benar ngga habis pikir dengan
masalah ini yang masih terus-terusan ada. Aku lelah.
Keesokan
harinya masalah ini masih tetap berlanjut, si cewek mengadu ke pacarku
dan meminta agar mereka tidak usah berhubungan lagi karena si cewek itu
tau perasaanku. Pacarku mengadu ke aku dan sempet memarahiku akan hal
itu. Satu sisi aku bersyukur, akhirnya cewek itu sadar.
Saat itu
juga aku memberanikan diri untuk mengkarifikasi hal ini dengan cewek
itu. Melalu salah itu instant message aku menghubungi cewek itu. Aku
berbicara pelan-pelan dengan nya, mengeyampingkan amarah dan emosi yang
saat itu masih meruak. Ingin rasanya aku memaki-maki dia saat aku tau
bahwa sebenarnya cewek itu mengetahui kalau pacarku masih menyayanginya.
Lalu kenapa masih dilanjutkan? Kenapa masih kamu tanggepi? Cewek apa
kamu ini!!
Lama dan panjang isi percakapanku dengan cewek itu. Dia
minta maaf karena dia menyadari dia salah dan dia mengaku khilaf ngga
sempet mikir tentang apa yang dia perbuat. Tentang apa akibat dari
ulahnya yang menanggapi seseorang yang masih sayang ke dia sedangkan
orang itu mempunyai kekasih. Cewek ini pura-pura bodoh aku rasa, ngga
mungkin banget dia ngga mikir kayak gitu kalo dia memang punya pearsaan
sebagai sesama cewek. Ngga tau lagi kalo dia memang bodoh dan tolol.
Aku
muak, aku kesal, aku benci. Tapi aku masih berusaha meredam hal itu.
Setidaknya aku sudah tau cerita dari sisi si cewek. Dan dari sisi si
cewek ini pula lah aku mengerti yang mana dari sahabatku yang tau dan
dia diem aja dengan melihat keadaanku saat ini. Yah, sahabat? aku hanya
bisa tersenyum mengetahuinya.
Dari sisi pacarku aku belum
sepenuhnya mendengarkan ceritanya. Dia sedikit ogah-ogah an menjawab
pertanyaanku. Aku yakin ini masih ada yang disembunyikan. Pasti. Dan
memang iya, sedikit demi sedikit dia membuka semua. Mungkin belum semua,
tapi dia sudah mulai bercerita tentang masalah ini. Dia masih
menyayangi cewek itu. Dia tidak tahu harus memilih yang mana diantara
aku dan cewek itu, karena dia merasa perasaannya sama.
Pilu. Sakit. Nyesek. Hancur. Kecewa. Rapuh.
Ntah
dimana hatiku berada saat itu, ntah dimana perasaanku berlabuh saat
itu. Mereka terbang, meninggalkan tubuh ini yang jiwanya kosong.
Aku
mendengarkan penjelasan dari pacarku di hari itu, hari dimana pertama
kali aku bertemu dengannya setelah masalah ini mencuat. Kami berada
disebuah restoran, perlahan dia mulai menjelaskan lagi apa yang telah ia
perbuat. Aku hanya mendengarkannya, mendengarkan dengan seksama sambil
merasakan sakit yang aku rasa. Yah, sakit ini harus aku rasakan, karena
sesorang pernah berkata bahwa sesakit-sakitnya perasaan ku itu harus aku
rasakan agar nanti terobatinya bisa kamu temukan sendiri. Itu perkataan
pacarku.
Fakta demi fakta dia ucapkan, ntah itu suatu kebenaran
atau tidak aku tidak tahu. Yang pasti, saat dia berbicara aku melihat
jauh ke dalam matanya dan sakit ku makin menjadi nyata. Air mata ku pun
akhirnya menetas, dia menghentikan ceritanya namun aku tetap menyuruhnya
melanjutkan. Aku tau, perasaan sayangnya ke cewek itu memang nyata.
Aku
berusaha tegar dan bersikap biasa aja walau hati rasanya miris. Tapi
ntah mengapa aku bisa, aku bisa melakukan itu. Aku masih bisa tersenyum
saat dia memeluk pundak ku sambil berjalan ke arah parkiran, saat ini
menggandeng tanganku dengan halus dan mengajakku berbicara. Aku bisa.
Aku masih bisa merasakan rasa sayangnya yang juga ada untukku. Ntah
kenapa aku bisa sekuat ini untuk berdiri malam itu. Yang pasti, karena
hatiku lah yang mengatakan kalau sayangku ini ngga salah lah yang
membuat aku masih bisa berdiri.
Tidak berakhir direstoran, malam
itu dia mengajak ku untuk menginap dirumahnya karena esok hari pagi-pagi
dia haru mengantarku untuk ke kampus, lebih enak kalau berangkat bareng
langsung. Aku mengiyakan ajakannya karena aku merasa masih ada yang mau
ia bicarakan. Dan benar, saat sudah berada dirumahnya, dia memulai lagi
pembicaraan masalah pahit ini. Dia meminta maaf sambil memegang kedua
tanganku, dia memeluk ku dan dia meneteskan air matanya. Dia benar-benar
meminta maaf saat itu!
Tidak bisa terpungkiri aku pun terenyuh
dia menangis seperti itu, hatiku juga sakit dan aku menangis lagi
didepan dia. Kita berdua samsa-sama menangis. Menangis dalam kesedihan,
kekecewaan dan kerapuhan. Aku ngga tau apa yang dia rasakan, tapi yang
pasti aku melihat ketulusannya untuk mengeluarkan air mata itu sebagai
air mata penyesalan dan kebingungan. Aku dan dia sama-sama terbuka
disitu, kita berbicara dari hati ke hati yang ngga memperdulikan sederas
apa air mata menetes. Aku mengetahui penyesalanku, dia mengetahui
kerapuhanku, dan kita mengetahui kekuatan kasih sayang kita.
1 hal
lagi, dia jujur akan 1 hal yang semakin membuat aku rapuh. Bunga dan
coklat. Yang sempat aku liat di display picture account instant message
si cewek, itu memang benar dari dia. Ya Tuhan aku terhempas lebih dalam
di kerapuhanku. Sekali lagi dia bener-bener minta maaf akan hal itu.
Selama pcaran dengan aku, dia ngga pernah memberi aku hal itu. Aku tidak
meminta, karena dasarnya aku ngga pernah meminta apapun ke dia. Tapi
ini sungguh menyakitkan buat aku.
Dia larut dalam tangisnya lagi
saat itu dan dia menjanjikan aku akan 1 hal. Aku menyambar omongannya
dan mengatakan bahwa aku tidak pernah meminta apapun ke dia selama ini,
apapun yang aku lakukan ngga pernah aku meminta balas karena dari dulu
yang aku minta hanya ketulusannya menyayangiku, keihlasannya utnuk
mengasihiku, hanya itu aja yang aku minta. Dan dia berkata itu yang
bakal dia berikan ke aku, itu ayng akan dia berikan sebelum aku
memintanya lagi. Dia ngga ingin kehilangan aku untuk yang kedua kalinya,
setelah dahulu aku sempet dilepasnya untuk pria lain.
"I won't give up on us, even if the skies get rough. I'm giving you all my love, I'm still looking up"
Itu
kata yang sempet aku tulis dalam jejaring sosialku dan memang itu yang
akan aku lakukan. Aku mengatakan padanya malam itu bahwa akau ngga akan
pernah menyerah pada kita, aku akan terus bertahan untuk kita, bahwa
meskipun aku hanya bisa melakukan itu dalam imajinasiku aku akan tetap
bertahan. Aku akan tetap menyayanginya sedalam sayangku saat ini, aku
akan tetap melakukannya dengan ketulusan sama seperti sedari awal.
Dia
berkata bahwa dia akan move on, dia bener-bener mau melakukan itu
karena kita. Karena aku dan dia, dan dia juga akan memperjuangkan kita
sampek kapanpun. Namun dia meminta satu syarat padaku, bahwa dia akan
sms terakhir si cewek itu teoat di hari ulang tahun ke 20 cewek itu di
bulan maret ini. Dia bakal ucapin selamat ulang tahun karena dia udah
janji dan dia bakal minta maaf serta dia bakal move on. Itu bakal jadi
sms terakhir ke cewek itu. Karena dia mau move on, dia mau
memperjuangkan kita.
Aku mengiyakan dan aku tersenyum padanya.
Dibalik kerapuhan yang aku rasakan, aku melihat secercah harapan,
kebahagiaan yang ada dibalik kepiluan yang aku rasakan saat ini.
Masih harus kamu ragu, setelah sekian banyak "aku sayang kamu", "aku cinta kamu", keluar dari mulutku?
Aku
masih bersamanya, aku masih menggenggam tangannya, aku masih memeluknya
dan aku masih berada disisinya meskipun dai telah melukai aku sedalam
ini, Meskipun dia telah membuat aku rapuh dan benar-benar terjatuh dalam
kekecewaan, aku masih bersamanya. Karena aku tau perasaan ini ngga akan
pernah salah, sayang ini ngga akan pernah salah, cinta ini ngga akan
pernah salah dan hati ini ngga akan pernah keliru. Aku menyayanginya
dengan tulus, kebahagiaanku adalah bersamanya, kesedihanku adalah
meninggalkannya, dan air mataku ini akan terus menjadi saksi bagaimana
jiwa yang rapuh ini bisa terkalahkan oleh hati yang benar-benar tulus.
Tuhan,
Engkau tau aku menyayanginya. Aku ngga perduli sejahat apalagi
pengkhianatan atau orang-orang yang Engkau kirim untuk menguji kesetiaan
dan ketulusanku dalam menyayanginya bakal terus mencul. Aku tidak akan
menyerah, aku tidak akan menyerah untuk kita. Hatiku tidak pernah
keliru, tulusnya kasih sayangku ke kamu tidak akan pernah salah karena
itu lah yang menjadi dasar dan alasan mengapa aku masih bisa berdiri
untuk kamu, untuk kita dan untuk masa depan kita berdua.
Meskipun
kamu tidak akan pernah membaca tulisan ini, aku cuma ingin kamu tau
bahwa aku masih akan terus berada disini, aku masih peri kecilmu yang
selalu berada disisimu dan menjagamu, aku akan terus dan terus menunggu.
Tidak akan ada keraguan lagi dalam hatiku untuk menyayangimu,
mengasihimu dan akan tetap memperjuangkan kita tanpa pernah menyerah
karena aku dan kamu adalah kita, satu, cinta.
Kebahagiaan akan selalu ada dibalik air mata.
Selalu. Aku menyayangimu lebih dari kamu menyayangiku. Selalu, sepenuh hatiku, sesadar-sadarnya aku, Dimas Oktadydha :)
When I look into your eyes, It's like watching the night sky or a beautiful sunrise
Well, there's so much they hold
And just like them old stars, I see that you've come so far
To be right where you are, how old is your soul?
I won't give up on us, even if the skies get rough
I'm giving you all my love, I'm still looking up
And when you're needing your space to do some navigating
I'll be here patiently waiting to see what you find
'Cause even the stars they burn, some even fall to the earth
We've got a lot to learn, God knows we're worth it
No, I won't give up
Well, I won't give up on us, God knows I'm tough enough
We've got a lot to learn, God knows we're worth it