Sabtu, 02 Maret 2013

my happiness of love behind the tears - 2

Story by oktaniaputri at 03.08
"Ada yang bisa menyayangimu sebesar aku? Ada yang bisa mencintaimu sedalam aku? Kalau kamu mikir yang lebih cakep dari aku, ya pasti banyak. Tapi kalo yang lebih tulus sayang kamu... kayaknya enggak"
Aku kembali melakukan rutinitas biasa, kehidupanku sebagai mahasiswa. Yah kehidupan baru yang aku jajaki dalam pengalaman belajarku, pengalaman hidupku tentang bagaimana indahnya masa remaja saat pubertas yang dilalui bersama teman-teman gila. Dan, disini tentunya bersama orang yang masih aku cintai dengan tulus, pacarku.
Semua sudah kembali normal dan biasa. Aku dan pacarku tetap pada hubungan kami sebagai seorang pacar, jalan bareng, keluar bareng. Layaknya orang berpacaran. Aku bahagia saat bersamanya. Ntah kenapa, meskipun aku telah disakitinya dengan hal yang bagi sebagian orang tidak bisa termaafkan aku masih tetap malaikat kecilnya yang dari dulu masih menyayanginya, menunggunya untuk bisa benar-benar memberikan hatinya kepadaku. Terkadang, aku miris dengan keadaanku. Aku merasa bodoh untuk menjalani ini, menjalani cinta yang terbagi. Aku menyayangi orang yang hatinya tidak hanya menyayangiku saja, aku mengasihi orang yang masih memberikan perhatiannya pada orang lain. Tapi aku melihat dari sisi lain, dia bersamaku saat ini, dia menggenggam tanganku saat ini dan dia aku peluk dalam balutan kasihku. Tidak kah itu perlahan yang akan bisa membuatnya sadar akan keberadaanku dan sayang yang aku punya? Tidak kah itu yang akan perlahan membuat mata hatinya benar-benar hanya jatuh cinta kepadaku? Setidaknya, harapan itu lah yang membuat aku tetap bertahan dalam kisah ini, harapan itu lah yang semakin membuat sayangku ke dai bertambah, rasa sayang itu lah yang membuat semakin tegar dalam mencintainya. Yah, semua itu berkesinambungan. Perasaan, kenyataan, harapan.
Sampai suatu hari, masalah yang lagi-lagi sama muncul lagi. Yah, masa lalu. Kenyataan terpahit ini terungkit lagi di bulan yang sebagian orang menganggapnya bulan kasih sayang. Aku menerima kenyataan lagi bahwa pacarku masih menyayangi mantannya hingga saat itu. Dan semakin menyayat hati karena mereka berhubungan sudah sangat intens. Media apapun sudah mereka lakukan untuk komunikasi. Mereka juga sudah telfon-telfon an dengan kapasitas waktu yang tidak layak. Pacarku akhirnya membeberkan semua kejahatan yang telah ia lakukan terhadap hatiku. Perlahan, ia menceritakan hal-hal yang selama ini tidak aku ketahui. Itu, cukup membuat aku hancur untuk yang kesekian kalinya. Ntah apa yang dirasakan hatiku, aku sendiri tak tahu.
Feelingku berkata itu masih kurang, ntah setan apa yang memasuki ku di malam sabtu itu. Aku meng-share dengan frontal apa yang aku rasakan, aku menyindir dengan keras tentang apa yang aku alami, aku sengaja agar cewek si mantan itu mengerti apa yang sudah ia perbuat padaku dengan tingkahnya!! Aku keras, aku frontal, aku ngga punya aturan. Iya, aku memang saat itu menjadi seperti itu karena aku benar-benar ngga habis pikir dengan masalah ini yang masih terus-terusan ada. Aku lelah.
Keesokan harinya masalah ini masih tetap berlanjut, si cewek mengadu ke pacarku dan meminta agar mereka tidak usah berhubungan lagi karena si cewek itu tau perasaanku. Pacarku mengadu ke aku dan sempet memarahiku akan hal itu. Satu sisi aku bersyukur, akhirnya cewek itu sadar.
Saat itu juga aku memberanikan diri untuk mengkarifikasi hal ini dengan cewek itu. Melalu salah itu instant message aku menghubungi cewek itu. Aku berbicara pelan-pelan dengan nya, mengeyampingkan amarah dan emosi yang saat itu masih meruak. Ingin rasanya aku memaki-maki dia saat aku tau bahwa sebenarnya cewek itu mengetahui kalau pacarku masih menyayanginya. Lalu kenapa masih dilanjutkan? Kenapa masih kamu tanggepi? Cewek apa kamu ini!!
Lama dan panjang isi percakapanku dengan cewek itu. Dia minta maaf karena dia menyadari dia salah dan dia mengaku khilaf ngga sempet mikir tentang apa yang dia perbuat. Tentang apa akibat dari ulahnya yang menanggapi seseorang yang masih sayang ke dia sedangkan orang itu mempunyai kekasih. Cewek ini pura-pura bodoh aku rasa, ngga mungkin banget dia ngga mikir kayak gitu kalo dia memang punya pearsaan sebagai sesama cewek. Ngga tau lagi kalo dia memang bodoh dan tolol.
Aku muak, aku kesal, aku benci. Tapi aku masih berusaha meredam hal itu. Setidaknya aku sudah tau cerita dari sisi si cewek. Dan dari sisi si cewek ini pula lah aku mengerti yang mana dari sahabatku yang tau dan dia diem aja dengan melihat keadaanku saat ini. Yah, sahabat? aku hanya bisa tersenyum mengetahuinya.
Dari sisi pacarku aku belum sepenuhnya mendengarkan ceritanya. Dia sedikit ogah-ogah an menjawab pertanyaanku. Aku yakin ini masih ada yang disembunyikan. Pasti. Dan memang iya, sedikit demi sedikit dia membuka semua. Mungkin belum semua, tapi dia sudah mulai bercerita tentang masalah ini. Dia masih menyayangi cewek itu. Dia tidak tahu harus memilih yang mana diantara aku dan cewek itu, karena dia merasa perasaannya sama.
Pilu. Sakit. Nyesek. Hancur. Kecewa. Rapuh.
Ntah dimana hatiku berada saat itu, ntah dimana perasaanku berlabuh saat itu. Mereka terbang, meninggalkan tubuh ini yang jiwanya kosong.
Aku mendengarkan penjelasan dari pacarku di hari itu, hari dimana pertama kali aku bertemu dengannya setelah masalah ini mencuat. Kami berada disebuah restoran, perlahan dia mulai menjelaskan lagi apa yang telah ia perbuat. Aku hanya mendengarkannya, mendengarkan dengan seksama sambil merasakan sakit yang aku rasa. Yah, sakit ini harus aku rasakan, karena sesorang pernah berkata bahwa sesakit-sakitnya perasaan ku itu harus aku rasakan agar nanti terobatinya bisa kamu temukan sendiri. Itu perkataan pacarku.
Fakta demi fakta dia ucapkan, ntah itu suatu kebenaran atau tidak aku tidak tahu. Yang pasti, saat dia berbicara aku melihat jauh ke dalam matanya dan sakit ku makin menjadi nyata. Air mata ku pun akhirnya menetas, dia menghentikan ceritanya namun aku tetap menyuruhnya melanjutkan. Aku tau, perasaan sayangnya ke cewek itu memang nyata.
Aku berusaha tegar dan bersikap biasa aja walau hati rasanya miris. Tapi ntah mengapa aku bisa, aku bisa melakukan itu. Aku masih bisa tersenyum saat dia memeluk pundak ku sambil berjalan ke arah parkiran, saat ini menggandeng tanganku dengan halus dan mengajakku berbicara. Aku bisa. Aku masih bisa merasakan rasa sayangnya yang juga ada untukku. Ntah kenapa aku bisa sekuat ini untuk berdiri malam itu. Yang pasti, karena hatiku lah yang mengatakan kalau sayangku ini ngga salah lah yang membuat aku masih bisa berdiri.
Tidak berakhir direstoran, malam itu dia mengajak ku untuk menginap dirumahnya karena esok hari pagi-pagi dia haru mengantarku untuk ke kampus, lebih enak kalau berangkat bareng langsung. Aku mengiyakan ajakannya karena aku merasa masih ada yang mau ia bicarakan. Dan benar, saat sudah berada dirumahnya, dia memulai lagi pembicaraan masalah pahit ini. Dia meminta maaf sambil memegang kedua tanganku, dia memeluk ku dan dia meneteskan air matanya. Dia benar-benar meminta maaf saat itu!
Tidak bisa terpungkiri aku pun terenyuh dia menangis seperti itu, hatiku juga sakit dan aku menangis lagi didepan dia. Kita berdua samsa-sama menangis. Menangis dalam kesedihan, kekecewaan dan kerapuhan. Aku ngga tau apa yang dia rasakan, tapi yang pasti aku melihat ketulusannya untuk mengeluarkan air mata itu sebagai air mata penyesalan dan kebingungan. Aku dan dia sama-sama terbuka disitu, kita berbicara dari hati ke hati yang ngga memperdulikan sederas apa air mata menetes. Aku mengetahui penyesalanku, dia mengetahui kerapuhanku, dan kita mengetahui kekuatan kasih sayang kita.
1 hal lagi, dia jujur akan 1 hal yang semakin membuat aku rapuh. Bunga dan coklat. Yang sempat aku liat di display picture account instant message si cewek, itu memang benar dari dia. Ya Tuhan aku terhempas lebih dalam di kerapuhanku. Sekali lagi dia bener-bener minta maaf akan hal itu. Selama pcaran dengan aku, dia ngga pernah memberi aku hal itu. Aku tidak meminta, karena dasarnya aku ngga pernah meminta apapun ke dia. Tapi ini sungguh menyakitkan buat aku.
Dia larut dalam tangisnya lagi saat itu dan dia menjanjikan aku akan 1 hal. Aku menyambar omongannya dan mengatakan bahwa aku tidak pernah meminta apapun ke dia selama ini, apapun yang aku lakukan ngga pernah aku meminta balas karena dari dulu yang aku minta hanya ketulusannya menyayangiku, keihlasannya utnuk mengasihiku, hanya itu aja yang aku minta. Dan dia berkata itu yang bakal dia berikan ke aku, itu ayng akan dia berikan sebelum aku memintanya lagi. Dia ngga ingin kehilangan aku untuk yang kedua kalinya, setelah dahulu aku sempet dilepasnya untuk pria lain.
"I won't give up on us, even if the skies get rough. I'm giving you all my love, I'm still looking up"
Itu kata yang sempet aku tulis dalam jejaring sosialku dan memang itu yang akan aku lakukan. Aku mengatakan padanya malam itu bahwa akau ngga akan pernah menyerah pada kita, aku akan terus bertahan untuk kita, bahwa meskipun aku hanya bisa melakukan itu dalam imajinasiku aku akan tetap bertahan. Aku akan tetap menyayanginya sedalam sayangku saat ini, aku akan tetap melakukannya dengan ketulusan sama seperti sedari awal.
Dia berkata bahwa dia akan move on, dia bener-bener mau melakukan itu karena kita. Karena aku dan dia, dan dia juga akan memperjuangkan kita sampek kapanpun. Namun dia meminta satu syarat padaku, bahwa dia akan sms terakhir si cewek itu teoat di hari ulang tahun ke 20 cewek itu di bulan maret ini. Dia bakal ucapin selamat ulang tahun karena dia udah janji dan dia bakal minta maaf serta dia bakal move on. Itu bakal jadi sms terakhir ke cewek itu. Karena dia mau move on, dia mau memperjuangkan kita.
Aku mengiyakan dan aku tersenyum padanya. Dibalik kerapuhan yang aku rasakan, aku melihat secercah harapan, kebahagiaan yang ada dibalik kepiluan yang aku rasakan saat ini.
Masih harus kamu ragu, setelah sekian banyak "aku sayang kamu", "aku cinta kamu", keluar dari mulutku?
Aku masih bersamanya, aku masih menggenggam tangannya, aku masih memeluknya dan aku masih berada disisinya meskipun dai telah melukai aku sedalam ini, Meskipun dia telah membuat aku rapuh dan benar-benar terjatuh dalam kekecewaan, aku masih bersamanya. Karena aku tau perasaan ini ngga akan pernah salah, sayang ini ngga akan pernah salah, cinta ini ngga akan pernah salah dan hati ini ngga akan pernah keliru. Aku menyayanginya dengan tulus, kebahagiaanku adalah bersamanya, kesedihanku adalah meninggalkannya, dan air mataku ini akan terus menjadi saksi bagaimana jiwa yang rapuh ini bisa terkalahkan oleh hati yang benar-benar tulus.
Tuhan, Engkau tau aku menyayanginya. Aku ngga perduli sejahat apalagi pengkhianatan atau orang-orang yang Engkau kirim untuk menguji kesetiaan dan ketulusanku dalam menyayanginya bakal terus mencul. Aku tidak akan menyerah, aku tidak akan menyerah untuk kita. Hatiku tidak pernah keliru, tulusnya kasih sayangku ke kamu tidak akan pernah salah karena itu lah yang menjadi dasar dan alasan mengapa aku masih bisa berdiri untuk kamu, untuk kita dan untuk masa depan kita berdua.
Meskipun kamu tidak akan pernah membaca tulisan ini, aku cuma ingin kamu tau bahwa aku masih akan terus berada disini, aku masih peri kecilmu yang selalu berada disisimu dan menjagamu, aku akan terus dan terus menunggu. Tidak akan ada keraguan lagi dalam hatiku untuk menyayangimu, mengasihimu dan akan tetap memperjuangkan kita tanpa pernah menyerah karena aku dan kamu adalah kita, satu, cinta.
Kebahagiaan akan selalu ada dibalik air mata.
Selalu. Aku menyayangimu lebih dari kamu menyayangiku. Selalu, sepenuh hatiku, sesadar-sadarnya aku, Dimas Oktadydha :)

When I look into your eyes, It's like watching the night sky or a beautiful sunrise
Well, there's so much they hold
And just like them old stars, I see that you've come so far
To be right where you are, how old is your soul?
I won't give up on us, even if the skies get rough
I'm giving you all my love, I'm still looking up

And when you're needing your space to do some navigating
I'll be here patiently waiting to see what you find

'Cause even the stars they burn, some even fall to the earth
We've got a lot to learn, God knows we're worth it
No, I won't give up

Well, I won't give up on us, God knows I'm tough enough
We've got a lot to learn, God knows we're worth it

my happiness of love behind the tears - 1

Story by oktaniaputri at 03.02
Ngga tau kapan sebenernya ini dimulai, tapi baru-baru ini keungkit lagi. Lebih tepatnya muncul lagi permasalahan kayak gini. Masalah.
Yah, sudah lama sekali emang aku ngga ngomongin tentang hubunganku dengan pacarku. Sampai saat ini lama hubunganku sudah 4 tahun 9 bulan 26 hari. Cukup lama kalau menurutku untuk sebuah hubungan pacaran. Dalam kehidupan pribadiku lebih tepatnya, karena selama aku pacaran aku ngga pernah punya hubungan yang lama. Ngga perlu dibahas kayaknya tentang hubunganku dengan mantan-mantan ku, karena mereka hanya mantanku, masa laluku yang ngga perlu lagi untuk dibahas dan masuk dalam kehidupan cintaku lagi, mereka hanya pembelajaran bagiku dimasa lalu untuk bisa lebih baik. Karena sekarang, aku mempunyai seseorang yang sangat berarti dalam kehidupan cintaku, bukan hanya di kehidupan cinta tapi dalam seluruh kehidupanku.
Kembali ke topik, tentang aku dan pacarku. Kami saling menyayangi dan mencintai satu sama lain. Itu sudah bisa terlihat dan dirasakan. Apa yang aku lakukan, apa yang dia lakukan, tentang kami berdua sudah terlihat bahwa kami saling mencintai. Kalau dirasakan, mungkin hanya kami berdua yang tau karena kami yang menjalani ini.
Banyak banget yang udah dilalui selama kami pacaran. Seneng, sedih, suka cita, canda, tangis, tawa, haru semua udah pernah dilaluin bersama. Dari pacaran backstreet dari temen-temen sekolah, backstreet dari orang tua karena kami sempet ngga direstui, pacaran yang banyak pertentangan dari banyak orang karena yah memang kami berdua berbeda. Aku dengan hidupku yang seperti ini, dia dengan hidupnya yang seperti itu, jelas kami punya banyak pertentangan dari orang sekitar, tapi ngga sedikit pula yang mendukung. Bagaimana pun, kami tetap bersama karena ini lah perasaan. Siapapun dia, dia pacarku, orang yang aku sayang.
Awal aku pacaran kelas 9 SMP. Sebenanrnya sih ngga niat buat pacaran. Saat itu aku sama dia kakak adik. Beberapa bulan sebelum jadian emang kita sama-sama jomblo, tapi perasaan saat itu sih ngga bisa dibohongi kalo sayangnya lebih dari kakak adik. 2 Mei 2008, siang hari di sms sebenernya aku nyuruh dia buat jadian sama sahabatku karena sahabatku emang udah lama suka sama dia, tapi dia ngga mau dan dia bilang kalo pengen aku yang jadi pacarnya. Ngga ada kata-kata resmi dia nembak aku dengan kata sayang dan minta jadi pacar, yang ada cuma kata ini dalam smsnya "Aku maunya pacaran sama kamu, bukan dia" .Aku ngga jawab langsung sih, yang ada aku malah ketawa tapi dia malah menanyakan kenapa kata-katanya ngga ditanggepi. Yaudah aku tanggepi dengan tanya "Emang kamu sayang aku?" dia langsung jawab iya. Terus aku masih ngga nanggepi dan dia tanya lagi kenapa ngga ditanggepi. Singkat cerita, aku mengiyakan kalo aku juga mau jadi pacarnya. Jadian. Simple kan?
Beberapa bulan setelah jadian, masalah ini dimulai. Aku memergoki ada sms dari mantan nya pacarku. Aku kaget dong, kok mereka masih berhubungan? aku diem saat itu, tapi pas disekolah aku pura-pura pinjem hp nya mantan nya pacarku itu dan membuka inbox hp nya dengan sengaja. Ternyata emang bener, mereka sms'an. Dan ntah kenapa aku bener-bener shock saat itu. Langsung aku tanyakan ke pacarku saat itu juga. Dia memang jujur apa adanya. Yang bikin nyesek saat itu adalah cara mereka sms dan bahasan mereka. Ya Tuhan nyesek banget rasanya. Ngga ngira banget bakalan kayak gitu soalnya emang ngga ada apa-apa selama beberapa bulan aku berpacaran. Sejak saat itu aku ngga suka sama si mantan ini. Gimana ya, ngga suka nya dalam artian kenapa sih harus berhubungan kayak gitu? emang harus ya berandai-andai dan inget-inget masa lalu? haloo he's mine! (Nah kan nyesek lagi inget-ingetnya -.-)
Bagiku, yang udah terjadi yaudahlah biarin aja. Toh ya udah minta maaf dan udah diklarifikasi. Udah.
Hubunganku sama pacar baik-baik aja, biasa-biasa aja sih habis itu. Selayaknya orang pacaran, ada tengkar ada baikan. Banyak sih sebenernya hal-hal kecil yang kami tengkarkan tapi habis itu baikan yaudah. Suatu hari ntah karena apa, we was break up. He didn't text me or call me for a few days. Without no reason i think. Tapi ngga tau kenapa aku ngerasa yaudahlah mungkin emang harus berakhir. Mungkin juga karena aku nya saat itu capek dengan dia yang selama ini yang mungkin cenderung lebih cuek ke aku.
Selang waktu setelah aku putus, aku jadian sama sahabatku sendiri. Tapi, sebenernya ini hanya pelarian. Aku memang sayang sahabatku itu, tapi untuk dijadikan pacar aku ragu. Karena sampek saat aku bilang "iya aku mau jadi pacarmu" ke sahabatku itu aku kepikiran wajah mantan (pacarku) ku. Aku dosa, aku salah. Iya aku tau. Tapi bagaimana? Aku terlanjur mengiyakan untuk menjadi pacar dari sahabatku saat itu. Dan bener, ngga lama berselang aku nangis didepan sahabatku (pacarku saat itu) dan aku jujur aku masih sayang mantan (pacarku) ku. Parahnya aku malah liat kalo dia malah nyuruh aku berusaha buat balik lagi sama mantan (pacarku) itu. Disaat yang hampir bersamaan pula, mantan (pacarku) menghubungi aku lagi dan kita berkomunikasi. Dia tanya apa aku udah punya pacar apa belum. Aku jawab udah. Dan dia juga cerita kalo udah punya 2 pacar juga saat itu. Dan rasanya hatiku kratak kratak dengernya <////3 = patah hati.
Sms'an terus tiap hari dan pada akhirnya suatu hari memutuskan untuk bertemu karena dia pengen ngomong sesuatu. Deg-deg an saat itu. Aku dibonceng dan ntah mau kemana dibawanya. Dia berhenti disuatu tempat dan membiarkan aku tetep duduk diatas motornya. Dia turun dan duduk jauh dibawahku. Dia bilang dia mau pergi dari kota ini karena dia ngga bisa ngelupain aku, dia sakit hati saat aku bilang aku punya pacar, dia nyesek saat aku bilang aku sayang pacarku dan dia bilang dia berbohong saat bilang punya pacar ke aku (aku ngga tau dia beneran punya pacar apa ngga). Dia mau pergi ke luar provinsi dan sudah minta ijin orang taunya, dia seperti itu cuma karena ngga bisa ngelupain aku. He missed me so much. Dia nangis! didepanku! Live! Hati sapa yang ngga ikut nyesek juga saat orang yang masih bener-bener di sayang ngomong kayak gitu dan mau pergi hanya karena mencoba melupakan diri kita? Nangis senangis-nangisnya aku juga disitu. Aku ngga mau dia pergi!
Singkat cerita setelah kejadian itu, aku putus sama sahabatku karena aku masih sayang sama pacarku dan aku ngga mau menyakiti dia terlalu dalam dengan cintaku yang ngga lebih dari sekedar pelarian. Dia mengerti dan dia merelakan aku. Aku bersalah, tapi satu sisi aku lega karena aku berani memperjuangkan perasaanku dan benar.
Dihari yang (mungkin) kata pacarku tepat, kita balikan lagi dan memulai kisah kita lagi.
Beberapa tahun kemudian, aku dan pacarku telah memasuki bangku kuliah. Alhamdulillah di kota yang sama meskipun berbeda kampus. It doesn't matter because we're still together.
Lama setelah masuk bangku kuliah, masalah kembali muncul. Masalah besar dan masalah yang sama yang pernah kita hadapi dulu. Mantan. Cewek itu kembali muncul lagi dalam kehidupan ku dan pacarku. I don't know why. Dia lagi.
Aku tanya pacarku, sebenernya ada apa? kenapa bisa gini lagi? pacarku dengan gugup dan pelan-pelan dia bilang "aku masih sayang dia, aku juga sayang kamu" . Hening. Hancur. Hampa. Kosong. Lemah. Speechless. Broken. Kratak-kratak <//////3
Dia menunjuk kan sebuah gantungan kunci, gantungan kunci yang selama ini dia akui dari ibunya, ternyata dari mantannya. Dia masih menyimpannya karena dia masih menyayangi mantannya.
Aku ngga tau apa yang harus aku katakan saat itu juga, aku cuma bisa duduk diam dan terpaku akan ucapannya. Air mata jatuh dengan sendirinya tanpa bisa ditahan. Tubuh ini dingin, air mata ini dingin, hati ini hancur saat itu juga. Kedua kaki ku rasanya tak mampu untuk berdiri bahkan tubuhku pun tak mampu rasanya untuk beranjak. Mungkin bagi seberapa yang membaca tulisan ini bakal bilang lebay, tapi ketahuilah itu yang aku rasakan. Mungkin kamu juga merasakan hal yang sama jika jadi aku. Sayangmu yang udah tulus, kasih sayangmu yang ngga tau kagi dimana batasnya, apa yang udah kamu korbankan selama ini ternyata dihancurkan dengan 1 kalimat dalam 2 detik. Pilu.
Dia minta maaf, dia bener-bener minta maaf untuk hal itu. Dia sendiri ngga tau harus berbuat apa. Aku? aku juga ngga tau apa yang haru diperbuat, aku sendiri ngga tau apa yang ada dipikiranku. Perbincangan panjang dan berat malam itu terjadi. Ngga peduli saat itu lagi banyak anak dikosanku yang lewat dan (mungkin) ngeliatin kita. Aku nangis. Dia nangis. Dia memeluk ku dan mengucapkan maaf berkali-kali. Aku inget, sebelumnya dia meminta aku pergi dari hidupnya karena dia bilang dia bukan orang baik buat aku dan aku ngga baik buat dia. Aku mempertahankan hubungan ku saat itu karena aku yakin itu ngga benar. Namun ternyata malam itu, aku menerima kenyataan lain dibalik dia meminta aku untuk pergi. Hatinya terbagi.
Aku berfikiran aku mungkin harus melakukan apa yang dia inginkan dari aku sebelum kejadian ini, dia menginkan aku pergi. Aku bakal pergi. Selamanya. Iya, selamanya dari dunia ini. Aku berfikiran buat apa aku masih bertahan disini kalo orang yang menjadi alasan aku bertahan dalam masalah-masalah hidupku ternyata membuat aku hancur. Aku bener-bener pengen mengakhiri saat itu juga.
Dia melarang, dia minta maaf dan dia berusaha menjelaskan semua. Aku diam. Aku mendengarkan. Aku berfikir. Aku merasakan. Aku mendalami apa yang dia jelaskan. Aku melihat matanya saat dia berusaha menjelaskan sambil memegang kedua tanganku. Aku membiarkan dia menangis demi kejujurannya. Dan aku membiarkan aku menangis merasakan sakit yang aku rasa.
Aku tau ini susah, bagiku atau baginya. Bagiku ini sangat menyakitkan. Namun aku tetap melihat hal lain yang aku peroleh saat itu, dia jujur meskipun dia tau aku bakal hancur. Setidaknya dia jujur, dan aku menghargai kejujurannya itu. Aku sakit, aku hancur, aku terluka. Ntah apa lagi yang aku rasakan.
Sakit hati itu resiko, rela disakiti itu pilihan.
Sampai pada suatu keputusan yang aku ambil, aku yakin dalam hati kalau aku bisa dan aku mampu dengan keputusan ini. Aku memaafkan pacarku. Kita tetap bergandengan tangan untuk bersama. Iya, aku memaafkan dia dan aku mempercayainya untuk bisa melupakan mantannya itu. Suatu keputusan yang mungkin aneh bagi sebagian orang, suatu keputusan yang menjengkalkan mungkin bagi sebagian mereka, suatu keputusan yang aku pilih dari sisi lain yang aku lihat menurutku. Aku tau apa yang aku putuskan, aku tau apa yang aku perbuat, aku tau resiko apa yang aku tanggung. Karena hati, karena perasaan, karena keihklasan dan ketulusan aku mengambil ini. Hati sudah berbicara apa yang harus diperbuat, hati pula lah yang sudah siap dengan apapun yang terjadi, hati juga lah yang semakin memperkuat diri untuk menjadi sebuah ketegaran yang besar. Ketegaran yang didampingi oleh ketulusan yang ikhlas untuk sebuah perasaan, meski disakiti namun itu tak akan pernah hancur karena datangnya dari hati.
Ntah ketempelan peri dari surga mana aku bisa ngomong seperti ini, tapi ini memang dari hati. Karena aku, "Mencintaimu, aku lakukan dengan sangat :)"
 

oktaniaputriworld Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea