Sabtu, 02 Maret 2013

my happiness of love behind the tears - 2

Story by oktaniaputri at 03.08
"Ada yang bisa menyayangimu sebesar aku? Ada yang bisa mencintaimu sedalam aku? Kalau kamu mikir yang lebih cakep dari aku, ya pasti banyak. Tapi kalo yang lebih tulus sayang kamu... kayaknya enggak"
Aku kembali melakukan rutinitas biasa, kehidupanku sebagai mahasiswa. Yah kehidupan baru yang aku jajaki dalam pengalaman belajarku, pengalaman hidupku tentang bagaimana indahnya masa remaja saat pubertas yang dilalui bersama teman-teman gila. Dan, disini tentunya bersama orang yang masih aku cintai dengan tulus, pacarku.
Semua sudah kembali normal dan biasa. Aku dan pacarku tetap pada hubungan kami sebagai seorang pacar, jalan bareng, keluar bareng. Layaknya orang berpacaran. Aku bahagia saat bersamanya. Ntah kenapa, meskipun aku telah disakitinya dengan hal yang bagi sebagian orang tidak bisa termaafkan aku masih tetap malaikat kecilnya yang dari dulu masih menyayanginya, menunggunya untuk bisa benar-benar memberikan hatinya kepadaku. Terkadang, aku miris dengan keadaanku. Aku merasa bodoh untuk menjalani ini, menjalani cinta yang terbagi. Aku menyayangi orang yang hatinya tidak hanya menyayangiku saja, aku mengasihi orang yang masih memberikan perhatiannya pada orang lain. Tapi aku melihat dari sisi lain, dia bersamaku saat ini, dia menggenggam tanganku saat ini dan dia aku peluk dalam balutan kasihku. Tidak kah itu perlahan yang akan bisa membuatnya sadar akan keberadaanku dan sayang yang aku punya? Tidak kah itu yang akan perlahan membuat mata hatinya benar-benar hanya jatuh cinta kepadaku? Setidaknya, harapan itu lah yang membuat aku tetap bertahan dalam kisah ini, harapan itu lah yang semakin membuat sayangku ke dai bertambah, rasa sayang itu lah yang membuat semakin tegar dalam mencintainya. Yah, semua itu berkesinambungan. Perasaan, kenyataan, harapan.
Sampai suatu hari, masalah yang lagi-lagi sama muncul lagi. Yah, masa lalu. Kenyataan terpahit ini terungkit lagi di bulan yang sebagian orang menganggapnya bulan kasih sayang. Aku menerima kenyataan lagi bahwa pacarku masih menyayangi mantannya hingga saat itu. Dan semakin menyayat hati karena mereka berhubungan sudah sangat intens. Media apapun sudah mereka lakukan untuk komunikasi. Mereka juga sudah telfon-telfon an dengan kapasitas waktu yang tidak layak. Pacarku akhirnya membeberkan semua kejahatan yang telah ia lakukan terhadap hatiku. Perlahan, ia menceritakan hal-hal yang selama ini tidak aku ketahui. Itu, cukup membuat aku hancur untuk yang kesekian kalinya. Ntah apa yang dirasakan hatiku, aku sendiri tak tahu.
Feelingku berkata itu masih kurang, ntah setan apa yang memasuki ku di malam sabtu itu. Aku meng-share dengan frontal apa yang aku rasakan, aku menyindir dengan keras tentang apa yang aku alami, aku sengaja agar cewek si mantan itu mengerti apa yang sudah ia perbuat padaku dengan tingkahnya!! Aku keras, aku frontal, aku ngga punya aturan. Iya, aku memang saat itu menjadi seperti itu karena aku benar-benar ngga habis pikir dengan masalah ini yang masih terus-terusan ada. Aku lelah.
Keesokan harinya masalah ini masih tetap berlanjut, si cewek mengadu ke pacarku dan meminta agar mereka tidak usah berhubungan lagi karena si cewek itu tau perasaanku. Pacarku mengadu ke aku dan sempet memarahiku akan hal itu. Satu sisi aku bersyukur, akhirnya cewek itu sadar.
Saat itu juga aku memberanikan diri untuk mengkarifikasi hal ini dengan cewek itu. Melalu salah itu instant message aku menghubungi cewek itu. Aku berbicara pelan-pelan dengan nya, mengeyampingkan amarah dan emosi yang saat itu masih meruak. Ingin rasanya aku memaki-maki dia saat aku tau bahwa sebenarnya cewek itu mengetahui kalau pacarku masih menyayanginya. Lalu kenapa masih dilanjutkan? Kenapa masih kamu tanggepi? Cewek apa kamu ini!!
Lama dan panjang isi percakapanku dengan cewek itu. Dia minta maaf karena dia menyadari dia salah dan dia mengaku khilaf ngga sempet mikir tentang apa yang dia perbuat. Tentang apa akibat dari ulahnya yang menanggapi seseorang yang masih sayang ke dia sedangkan orang itu mempunyai kekasih. Cewek ini pura-pura bodoh aku rasa, ngga mungkin banget dia ngga mikir kayak gitu kalo dia memang punya pearsaan sebagai sesama cewek. Ngga tau lagi kalo dia memang bodoh dan tolol.
Aku muak, aku kesal, aku benci. Tapi aku masih berusaha meredam hal itu. Setidaknya aku sudah tau cerita dari sisi si cewek. Dan dari sisi si cewek ini pula lah aku mengerti yang mana dari sahabatku yang tau dan dia diem aja dengan melihat keadaanku saat ini. Yah, sahabat? aku hanya bisa tersenyum mengetahuinya.
Dari sisi pacarku aku belum sepenuhnya mendengarkan ceritanya. Dia sedikit ogah-ogah an menjawab pertanyaanku. Aku yakin ini masih ada yang disembunyikan. Pasti. Dan memang iya, sedikit demi sedikit dia membuka semua. Mungkin belum semua, tapi dia sudah mulai bercerita tentang masalah ini. Dia masih menyayangi cewek itu. Dia tidak tahu harus memilih yang mana diantara aku dan cewek itu, karena dia merasa perasaannya sama.
Pilu. Sakit. Nyesek. Hancur. Kecewa. Rapuh.
Ntah dimana hatiku berada saat itu, ntah dimana perasaanku berlabuh saat itu. Mereka terbang, meninggalkan tubuh ini yang jiwanya kosong.
Aku mendengarkan penjelasan dari pacarku di hari itu, hari dimana pertama kali aku bertemu dengannya setelah masalah ini mencuat. Kami berada disebuah restoran, perlahan dia mulai menjelaskan lagi apa yang telah ia perbuat. Aku hanya mendengarkannya, mendengarkan dengan seksama sambil merasakan sakit yang aku rasa. Yah, sakit ini harus aku rasakan, karena sesorang pernah berkata bahwa sesakit-sakitnya perasaan ku itu harus aku rasakan agar nanti terobatinya bisa kamu temukan sendiri. Itu perkataan pacarku.
Fakta demi fakta dia ucapkan, ntah itu suatu kebenaran atau tidak aku tidak tahu. Yang pasti, saat dia berbicara aku melihat jauh ke dalam matanya dan sakit ku makin menjadi nyata. Air mata ku pun akhirnya menetas, dia menghentikan ceritanya namun aku tetap menyuruhnya melanjutkan. Aku tau, perasaan sayangnya ke cewek itu memang nyata.
Aku berusaha tegar dan bersikap biasa aja walau hati rasanya miris. Tapi ntah mengapa aku bisa, aku bisa melakukan itu. Aku masih bisa tersenyum saat dia memeluk pundak ku sambil berjalan ke arah parkiran, saat ini menggandeng tanganku dengan halus dan mengajakku berbicara. Aku bisa. Aku masih bisa merasakan rasa sayangnya yang juga ada untukku. Ntah kenapa aku bisa sekuat ini untuk berdiri malam itu. Yang pasti, karena hatiku lah yang mengatakan kalau sayangku ini ngga salah lah yang membuat aku masih bisa berdiri.
Tidak berakhir direstoran, malam itu dia mengajak ku untuk menginap dirumahnya karena esok hari pagi-pagi dia haru mengantarku untuk ke kampus, lebih enak kalau berangkat bareng langsung. Aku mengiyakan ajakannya karena aku merasa masih ada yang mau ia bicarakan. Dan benar, saat sudah berada dirumahnya, dia memulai lagi pembicaraan masalah pahit ini. Dia meminta maaf sambil memegang kedua tanganku, dia memeluk ku dan dia meneteskan air matanya. Dia benar-benar meminta maaf saat itu!
Tidak bisa terpungkiri aku pun terenyuh dia menangis seperti itu, hatiku juga sakit dan aku menangis lagi didepan dia. Kita berdua samsa-sama menangis. Menangis dalam kesedihan, kekecewaan dan kerapuhan. Aku ngga tau apa yang dia rasakan, tapi yang pasti aku melihat ketulusannya untuk mengeluarkan air mata itu sebagai air mata penyesalan dan kebingungan. Aku dan dia sama-sama terbuka disitu, kita berbicara dari hati ke hati yang ngga memperdulikan sederas apa air mata menetes. Aku mengetahui penyesalanku, dia mengetahui kerapuhanku, dan kita mengetahui kekuatan kasih sayang kita.
1 hal lagi, dia jujur akan 1 hal yang semakin membuat aku rapuh. Bunga dan coklat. Yang sempat aku liat di display picture account instant message si cewek, itu memang benar dari dia. Ya Tuhan aku terhempas lebih dalam di kerapuhanku. Sekali lagi dia bener-bener minta maaf akan hal itu. Selama pcaran dengan aku, dia ngga pernah memberi aku hal itu. Aku tidak meminta, karena dasarnya aku ngga pernah meminta apapun ke dia. Tapi ini sungguh menyakitkan buat aku.
Dia larut dalam tangisnya lagi saat itu dan dia menjanjikan aku akan 1 hal. Aku menyambar omongannya dan mengatakan bahwa aku tidak pernah meminta apapun ke dia selama ini, apapun yang aku lakukan ngga pernah aku meminta balas karena dari dulu yang aku minta hanya ketulusannya menyayangiku, keihlasannya utnuk mengasihiku, hanya itu aja yang aku minta. Dan dia berkata itu yang bakal dia berikan ke aku, itu ayng akan dia berikan sebelum aku memintanya lagi. Dia ngga ingin kehilangan aku untuk yang kedua kalinya, setelah dahulu aku sempet dilepasnya untuk pria lain.
"I won't give up on us, even if the skies get rough. I'm giving you all my love, I'm still looking up"
Itu kata yang sempet aku tulis dalam jejaring sosialku dan memang itu yang akan aku lakukan. Aku mengatakan padanya malam itu bahwa akau ngga akan pernah menyerah pada kita, aku akan terus bertahan untuk kita, bahwa meskipun aku hanya bisa melakukan itu dalam imajinasiku aku akan tetap bertahan. Aku akan tetap menyayanginya sedalam sayangku saat ini, aku akan tetap melakukannya dengan ketulusan sama seperti sedari awal.
Dia berkata bahwa dia akan move on, dia bener-bener mau melakukan itu karena kita. Karena aku dan dia, dan dia juga akan memperjuangkan kita sampek kapanpun. Namun dia meminta satu syarat padaku, bahwa dia akan sms terakhir si cewek itu teoat di hari ulang tahun ke 20 cewek itu di bulan maret ini. Dia bakal ucapin selamat ulang tahun karena dia udah janji dan dia bakal minta maaf serta dia bakal move on. Itu bakal jadi sms terakhir ke cewek itu. Karena dia mau move on, dia mau memperjuangkan kita.
Aku mengiyakan dan aku tersenyum padanya. Dibalik kerapuhan yang aku rasakan, aku melihat secercah harapan, kebahagiaan yang ada dibalik kepiluan yang aku rasakan saat ini.
Masih harus kamu ragu, setelah sekian banyak "aku sayang kamu", "aku cinta kamu", keluar dari mulutku?
Aku masih bersamanya, aku masih menggenggam tangannya, aku masih memeluknya dan aku masih berada disisinya meskipun dai telah melukai aku sedalam ini, Meskipun dia telah membuat aku rapuh dan benar-benar terjatuh dalam kekecewaan, aku masih bersamanya. Karena aku tau perasaan ini ngga akan pernah salah, sayang ini ngga akan pernah salah, cinta ini ngga akan pernah salah dan hati ini ngga akan pernah keliru. Aku menyayanginya dengan tulus, kebahagiaanku adalah bersamanya, kesedihanku adalah meninggalkannya, dan air mataku ini akan terus menjadi saksi bagaimana jiwa yang rapuh ini bisa terkalahkan oleh hati yang benar-benar tulus.
Tuhan, Engkau tau aku menyayanginya. Aku ngga perduli sejahat apalagi pengkhianatan atau orang-orang yang Engkau kirim untuk menguji kesetiaan dan ketulusanku dalam menyayanginya bakal terus mencul. Aku tidak akan menyerah, aku tidak akan menyerah untuk kita. Hatiku tidak pernah keliru, tulusnya kasih sayangku ke kamu tidak akan pernah salah karena itu lah yang menjadi dasar dan alasan mengapa aku masih bisa berdiri untuk kamu, untuk kita dan untuk masa depan kita berdua.
Meskipun kamu tidak akan pernah membaca tulisan ini, aku cuma ingin kamu tau bahwa aku masih akan terus berada disini, aku masih peri kecilmu yang selalu berada disisimu dan menjagamu, aku akan terus dan terus menunggu. Tidak akan ada keraguan lagi dalam hatiku untuk menyayangimu, mengasihimu dan akan tetap memperjuangkan kita tanpa pernah menyerah karena aku dan kamu adalah kita, satu, cinta.
Kebahagiaan akan selalu ada dibalik air mata.
Selalu. Aku menyayangimu lebih dari kamu menyayangiku. Selalu, sepenuh hatiku, sesadar-sadarnya aku, Dimas Oktadydha :)

When I look into your eyes, It's like watching the night sky or a beautiful sunrise
Well, there's so much they hold
And just like them old stars, I see that you've come so far
To be right where you are, how old is your soul?
I won't give up on us, even if the skies get rough
I'm giving you all my love, I'm still looking up

And when you're needing your space to do some navigating
I'll be here patiently waiting to see what you find

'Cause even the stars they burn, some even fall to the earth
We've got a lot to learn, God knows we're worth it
No, I won't give up

Well, I won't give up on us, God knows I'm tough enough
We've got a lot to learn, God knows we're worth it
 

oktaniaputriworld Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea