Ngga tau kapan sebenernya ini dimulai, tapi baru-baru ini keungkit lagi. Lebih tepatnya muncul lagi permasalahan kayak gini. Masalah.
Yah, sudah lama sekali emang aku ngga ngomongin tentang hubunganku dengan pacarku. Sampai saat ini lama hubunganku sudah 4 tahun 9 bulan 26 hari. Cukup lama kalau menurutku untuk sebuah hubungan pacaran. Dalam kehidupan pribadiku lebih tepatnya, karena selama aku pacaran aku ngga pernah punya hubungan yang lama. Ngga perlu dibahas kayaknya tentang hubunganku dengan mantan-mantan ku, karena mereka hanya mantanku, masa laluku yang ngga perlu lagi untuk dibahas dan masuk dalam kehidupan cintaku lagi, mereka hanya pembelajaran bagiku dimasa lalu untuk bisa lebih baik. Karena sekarang, aku mempunyai seseorang yang sangat berarti dalam kehidupan cintaku, bukan hanya di kehidupan cinta tapi dalam seluruh kehidupanku.
Kembali ke topik, tentang aku dan pacarku. Kami saling menyayangi dan mencintai satu sama lain. Itu sudah bisa terlihat dan dirasakan. Apa yang aku lakukan, apa yang dia lakukan, tentang kami berdua sudah terlihat bahwa kami saling mencintai. Kalau dirasakan, mungkin hanya kami berdua yang tau karena kami yang menjalani ini.
Banyak banget yang udah dilalui selama kami pacaran. Seneng, sedih, suka cita, canda, tangis, tawa, haru semua udah pernah dilaluin bersama. Dari pacaran backstreet dari temen-temen sekolah, backstreet dari orang tua karena kami sempet ngga direstui, pacaran yang banyak pertentangan dari banyak orang karena yah memang kami berdua berbeda. Aku dengan hidupku yang seperti ini, dia dengan hidupnya yang seperti itu, jelas kami punya banyak pertentangan dari orang sekitar, tapi ngga sedikit pula yang mendukung. Bagaimana pun, kami tetap bersama karena ini lah perasaan. Siapapun dia, dia pacarku, orang yang aku sayang.
Awal aku pacaran kelas 9 SMP. Sebenanrnya sih ngga niat buat pacaran. Saat itu aku sama dia kakak adik. Beberapa bulan sebelum jadian emang kita sama-sama jomblo, tapi perasaan saat itu sih ngga bisa dibohongi kalo sayangnya lebih dari kakak adik. 2 Mei 2008, siang hari di sms sebenernya aku nyuruh dia buat jadian sama sahabatku karena sahabatku emang udah lama suka sama dia, tapi dia ngga mau dan dia bilang kalo pengen aku yang jadi pacarnya. Ngga ada kata-kata resmi dia nembak aku dengan kata sayang dan minta jadi pacar, yang ada cuma kata ini dalam smsnya "Aku maunya pacaran sama kamu, bukan dia" .Aku ngga jawab langsung sih, yang ada aku malah ketawa tapi dia malah menanyakan kenapa kata-katanya ngga ditanggepi. Yaudah aku tanggepi dengan tanya "Emang kamu sayang aku?" dia langsung jawab iya. Terus aku masih ngga nanggepi dan dia tanya lagi kenapa ngga ditanggepi. Singkat cerita, aku mengiyakan kalo aku juga mau jadi pacarnya. Jadian. Simple kan?
Beberapa bulan setelah jadian, masalah ini dimulai. Aku memergoki ada sms dari mantan nya pacarku. Aku kaget dong, kok mereka masih berhubungan? aku diem saat itu, tapi pas disekolah aku pura-pura pinjem hp nya mantan nya pacarku itu dan membuka inbox hp nya dengan sengaja. Ternyata emang bener, mereka sms'an. Dan ntah kenapa aku bener-bener shock saat itu. Langsung aku tanyakan ke pacarku saat itu juga. Dia memang jujur apa adanya. Yang bikin nyesek saat itu adalah cara mereka sms dan bahasan mereka. Ya Tuhan nyesek banget rasanya. Ngga ngira banget bakalan kayak gitu soalnya emang ngga ada apa-apa selama beberapa bulan aku berpacaran. Sejak saat itu aku ngga suka sama si mantan ini. Gimana ya, ngga suka nya dalam artian kenapa sih harus berhubungan kayak gitu? emang harus ya berandai-andai dan inget-inget masa lalu? haloo he's mine! (Nah kan nyesek lagi inget-ingetnya -.-)
Bagiku, yang udah terjadi yaudahlah biarin aja. Toh ya udah minta maaf dan udah diklarifikasi. Udah.
Hubunganku sama pacar baik-baik aja, biasa-biasa aja sih habis itu. Selayaknya orang pacaran, ada tengkar ada baikan. Banyak sih sebenernya hal-hal kecil yang kami tengkarkan tapi habis itu baikan yaudah. Suatu hari ntah karena apa, we was break up. He didn't text me or call me for a few days. Without no reason i think. Tapi ngga tau kenapa aku ngerasa yaudahlah mungkin emang harus berakhir. Mungkin juga karena aku nya saat itu capek dengan dia yang selama ini yang mungkin cenderung lebih cuek ke aku.
Selang waktu setelah aku putus, aku jadian sama sahabatku sendiri. Tapi, sebenernya ini hanya pelarian. Aku memang sayang sahabatku itu, tapi untuk dijadikan pacar aku ragu. Karena sampek saat aku bilang "iya aku mau jadi pacarmu" ke sahabatku itu aku kepikiran wajah mantan (pacarku) ku. Aku dosa, aku salah. Iya aku tau. Tapi bagaimana? Aku terlanjur mengiyakan untuk menjadi pacar dari sahabatku saat itu. Dan bener, ngga lama berselang aku nangis didepan sahabatku (pacarku saat itu) dan aku jujur aku masih sayang mantan (pacarku) ku. Parahnya aku malah liat kalo dia malah nyuruh aku berusaha buat balik lagi sama mantan (pacarku) itu. Disaat yang hampir bersamaan pula, mantan (pacarku) menghubungi aku lagi dan kita berkomunikasi. Dia tanya apa aku udah punya pacar apa belum. Aku jawab udah. Dan dia juga cerita kalo udah punya 2 pacar juga saat itu. Dan rasanya hatiku kratak kratak dengernya <////3 = patah hati.
Sms'an terus tiap hari dan pada akhirnya suatu hari memutuskan untuk bertemu karena dia pengen ngomong sesuatu. Deg-deg an saat itu. Aku dibonceng dan ntah mau kemana dibawanya. Dia berhenti disuatu tempat dan membiarkan aku tetep duduk diatas motornya. Dia turun dan duduk jauh dibawahku. Dia bilang dia mau pergi dari kota ini karena dia ngga bisa ngelupain aku, dia sakit hati saat aku bilang aku punya pacar, dia nyesek saat aku bilang aku sayang pacarku dan dia bilang dia berbohong saat bilang punya pacar ke aku (aku ngga tau dia beneran punya pacar apa ngga). Dia mau pergi ke luar provinsi dan sudah minta ijin orang taunya, dia seperti itu cuma karena ngga bisa ngelupain aku. He missed me so much. Dia nangis! didepanku! Live! Hati sapa yang ngga ikut nyesek juga saat orang yang masih bener-bener di sayang ngomong kayak gitu dan mau pergi hanya karena mencoba melupakan diri kita? Nangis senangis-nangisnya aku juga disitu. Aku ngga mau dia pergi!
Singkat cerita setelah kejadian itu, aku putus sama sahabatku karena aku masih sayang sama pacarku dan aku ngga mau menyakiti dia terlalu dalam dengan cintaku yang ngga lebih dari sekedar pelarian. Dia mengerti dan dia merelakan aku. Aku bersalah, tapi satu sisi aku lega karena aku berani memperjuangkan perasaanku dan benar.
Dihari yang (mungkin) kata pacarku tepat, kita balikan lagi dan memulai kisah kita lagi.
Beberapa tahun kemudian, aku dan pacarku telah memasuki bangku kuliah. Alhamdulillah di kota yang sama meskipun berbeda kampus. It doesn't matter because we're still together.
Lama setelah masuk bangku kuliah, masalah kembali muncul. Masalah besar dan masalah yang sama yang pernah kita hadapi dulu. Mantan. Cewek itu kembali muncul lagi dalam kehidupan ku dan pacarku. I don't know why. Dia lagi.
Aku tanya pacarku, sebenernya ada apa? kenapa bisa gini lagi? pacarku dengan gugup dan pelan-pelan dia bilang "aku masih sayang dia, aku juga sayang kamu" . Hening. Hancur. Hampa. Kosong. Lemah. Speechless. Broken. Kratak-kratak <//////3
Dia menunjuk kan sebuah gantungan kunci, gantungan kunci yang selama ini dia akui dari ibunya, ternyata dari mantannya. Dia masih menyimpannya karena dia masih menyayangi mantannya.
Aku ngga tau apa yang harus aku katakan saat itu juga, aku cuma bisa duduk diam dan terpaku akan ucapannya. Air mata jatuh dengan sendirinya tanpa bisa ditahan. Tubuh ini dingin, air mata ini dingin, hati ini hancur saat itu juga. Kedua kaki ku rasanya tak mampu untuk berdiri bahkan tubuhku pun tak mampu rasanya untuk beranjak. Mungkin bagi seberapa yang membaca tulisan ini bakal bilang lebay, tapi ketahuilah itu yang aku rasakan. Mungkin kamu juga merasakan hal yang sama jika jadi aku. Sayangmu yang udah tulus, kasih sayangmu yang ngga tau kagi dimana batasnya, apa yang udah kamu korbankan selama ini ternyata dihancurkan dengan 1 kalimat dalam 2 detik. Pilu.
Dia minta maaf, dia bener-bener minta maaf untuk hal itu. Dia sendiri ngga tau harus berbuat apa. Aku? aku juga ngga tau apa yang haru diperbuat, aku sendiri ngga tau apa yang ada dipikiranku. Perbincangan panjang dan berat malam itu terjadi. Ngga peduli saat itu lagi banyak anak dikosanku yang lewat dan (mungkin) ngeliatin kita. Aku nangis. Dia nangis. Dia memeluk ku dan mengucapkan maaf berkali-kali. Aku inget, sebelumnya dia meminta aku pergi dari hidupnya karena dia bilang dia bukan orang baik buat aku dan aku ngga baik buat dia. Aku mempertahankan hubungan ku saat itu karena aku yakin itu ngga benar. Namun ternyata malam itu, aku menerima kenyataan lain dibalik dia meminta aku untuk pergi. Hatinya terbagi.
Aku berfikiran aku mungkin harus melakukan apa yang dia inginkan dari aku sebelum kejadian ini, dia menginkan aku pergi. Aku bakal pergi. Selamanya. Iya, selamanya dari dunia ini. Aku berfikiran buat apa aku masih bertahan disini kalo orang yang menjadi alasan aku bertahan dalam masalah-masalah hidupku ternyata membuat aku hancur. Aku bener-bener pengen mengakhiri saat itu juga.
Dia melarang, dia minta maaf dan dia berusaha menjelaskan semua. Aku diam. Aku mendengarkan. Aku berfikir. Aku merasakan. Aku mendalami apa yang dia jelaskan. Aku melihat matanya saat dia berusaha menjelaskan sambil memegang kedua tanganku. Aku membiarkan dia menangis demi kejujurannya. Dan aku membiarkan aku menangis merasakan sakit yang aku rasa.
Aku tau ini susah, bagiku atau baginya. Bagiku ini sangat menyakitkan. Namun aku tetap melihat hal lain yang aku peroleh saat itu, dia jujur meskipun dia tau aku bakal hancur. Setidaknya dia jujur, dan aku menghargai kejujurannya itu. Aku sakit, aku hancur, aku terluka. Ntah apa lagi yang aku rasakan.
Sakit hati itu resiko, rela disakiti itu pilihan.
Sampai pada suatu keputusan yang aku ambil, aku yakin dalam hati kalau aku bisa dan aku mampu dengan keputusan ini. Aku memaafkan pacarku. Kita tetap bergandengan tangan untuk bersama. Iya, aku memaafkan dia dan aku mempercayainya untuk bisa melupakan mantannya itu. Suatu keputusan yang mungkin aneh bagi sebagian orang, suatu keputusan yang menjengkalkan mungkin bagi sebagian mereka, suatu keputusan yang aku pilih dari sisi lain yang aku lihat menurutku. Aku tau apa yang aku putuskan, aku tau apa yang aku perbuat, aku tau resiko apa yang aku tanggung. Karena hati, karena perasaan, karena keihklasan dan ketulusan aku mengambil ini. Hati sudah berbicara apa yang harus diperbuat, hati pula lah yang sudah siap dengan apapun yang terjadi, hati juga lah yang semakin memperkuat diri untuk menjadi sebuah ketegaran yang besar. Ketegaran yang didampingi oleh ketulusan yang ikhlas untuk sebuah perasaan, meski disakiti namun itu tak akan pernah hancur karena datangnya dari hati.
Ntah ketempelan peri dari surga mana aku bisa ngomong seperti ini, tapi ini memang dari hati. Karena aku, "Mencintaimu, aku lakukan dengan sangat :)"
Fenomena Nonton Tipi
8 tahun yang lalu